Wanita Yang Selalu Kulihat Di Cermin


wanita sedang bercermin, di foto di depan cermin, siap wanita di cermin itu? wanita pesolek  diamonita.blogspot.com

“Sial, kenapa aku harus terjebak di dalam kamar bersama wanita ini?”

Aku memaki dalam hati. Sesekali aku melihat wanita setengah gila yang duduk di pojok tempat tidur itu dari arah cermin. Aku tak tega menatapnya langsung. Bukan, bukan tak tega. Aku tak mampu.

Matanya penuh kemurkaan. Aku ngeri menatapnya dari dekat. Hidupnya penuh luka. Dia membiarkan luka di hatinya menganga. Miris, bukan? Ah, aku bersyukur sekali memiliki cermin besar yang berada tepat di depan kasurku. Aku jadi lebih leluasa mengawasi wanita itu tanpa harus menatapnya langsung.

“Pulanglah, Fi. Obati lukanya.”

Hanya itu kata-kata yang mampu kurapal untuk wanita yang selalu kulihat melalui cermin itu sebelum tidur. Sebelum benar-benar terlelap, aku kembali menatap wanita itu melalui cermin. Aku melihat dia menangis, menggigit bibirnya, merangkul tubuhnya seperti orang kesakitan. Entah apa yang dia fikirkan. Aku ingin sekali mendekatinya, memeluknya. Aku sakit melihat dia seperti itu.

Luthfi. Lelaki yang di tunggu kepulangannya oleh wanita yang selalu kulihat melalui cermin itu. Aku tak begitu kenal pada lelaki itu. Wanita yang selalu kulihat melalui cermin itu pun tak pernah bercerita lebih detil tentangnya. Aku hanya pernah bertemu beberapa kali dengannya.

“Ketika melihatnya seluruh perhatianku tertarik, dia seperti memiliki gravitasi. Tapi ini bukan paksaan. Ini benar-benar keinginan hati. Dia indah, dia sempurna.”

Demikian kata-kata yang mampu kuingat dari wanita yang selalu kulihat melalui cermin. Entah kenapa dia begitu jatuh cinta kepada lelaki itu.

Aku benci terjebak satu kamar dengan wanita yang selalu kulihat melalui cermin itu. Setiap hari, bahkan setiap detik aku selalu memikirkannya. Aku sampai sering lupa mengisi perutku sendiri. Aku terjebak di sini sejak setahun yang lalu. Sejak wanita yang selalu kulihat melalui cermin itu membuka pintu kamarku dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dengan tangisan yang menyayat hati.

“Aku tak paham kenapa dia memilih pergi. Dia ingin berpisah denganku karena sesuatu hal yang aku sendiri tak begitu paham. Tapi cara dia memohon untuk diizinkan pergi begitu apa adanya. Tidak pernah ada yang selembut itu.”

Ya, itulah yang dia ucapkan dalam tangisnya. Aku hanya diam. Dan sejak saat itu juga aku tak mampu meninggalkan wanita yang selalu kulihat melalui cermin itu sendirian. Aku terjebak di dalam kamarku sendiri.

Aku tertidur dalam ingatan tentang wanita yang selalu kulihat melalui cermin itu.

..........

Aku tersentak. Matahari telah meninggi. Tidurku nyenyak sekali. Entah kapan terakhir aku tidur senyenyak ini. Aku mengusap mataku dan kembali berbaring. Sedetik kemudian aku teringat pada wanita yang selalu kulihat melalui cermin itu. Pelan-pelan aku mengangkat kepala.

“Kemana dia?” gumamku dari dalam hati.

Dia tidak ada di kamar. Sontak saja aku bangun dan bergegas mencarinya. Dia tidak ada dimanapun. Di kamar mandipun tidak. Dia tidak mungkin keluar kamar. Karena kunci kamar ada padaku. Aku terduduk. Aku berusaha mencarinya. Melihat-lihat lagi melalui cermin. Dia tetap tak dapat kutemukan.

Aku mendekati cermin. Lama sekali aku menatapi cermin itu.

“Nah! Itu dia, wanita yang selalu kulihat melalui cermin.” ucapku kegirangan.

Dia tepat di depanku.

MEL
PENULIS:

MAHASISWI
AGE: UNKNOWN

loading...