Deru ombak seakan menyibak dingin nan membawa syahdu malam ini, suaranya begitu merdu merombak hati kecilku menuju suasana yang sendu.
“Hil...”
Sesosok laki-laki memanggilku dari arah belakang tubuhku. Oh Denta, orang yang sangat ku cinta.
“Iya sayang.” Aku bergelayut mesra di tangannya.
Ia mengambil sesuatu dari dalam saku celananya lalu menunjukkannya padaku.
“Kain? Buat apa?” Aku terkejut melihat ia mengeluarkan sebuah kain berwarna putih.
“Buat nutup mata kamu sayang.”
“Loh, kok pake’ ditutup segala’ sih?” Aku mengelak ketika kain itu sudah mulai membalut kedua mataku.
“Ayolah, aku ada surprise buat kamu.”
“Apa sih?”
Denta terus saja membalut kain di kedua mataku lalu dia memegang bahuku dari belakang, memberikan dorongan langkah agar aku berjalan mengikuti arah kakinya yang membimbing dari belakang. Entah kenapa jantungku berdebar dan pikirku pun menerka-nerka apa yang akan terjadi.
"Denta sayang, apa sih? Ayo cepat bukalah ini kainnya.” Aku sudah tak bisa menahan penasaran ketika langkahku tak jua sampai pada tujuannya.
“Eits tunggu sebentar jangan dibuka dulu ya. Sabar dong sayang.”
Aku merasakan tapak kakiku yang tanpa alas itu semakin mendekati bibir pantai, ada air laut yang dibawa ombak singgah di kakiku. Aku semakin penasaran saja ketika air laut telah mampu menenggelamkan mata kakiku.
“Sayang, kok kita basah-basahan gini sih” Dressku sudah mulai basah, apa yang akan Denta lakukan. Aku mengira-ngira tadi ia akan membawaku pada meja makan dengan dipenuhi lilin atau apapun yang identik dengan lilin. Tapi mengapa ia membawaku di bibir pantai begini, membuat basah pergelangan kakiku dengan air laut.
“Tunggu sayang.” Denta melepaskan tangannya dari bahuku.
“Hey, sayang kamu kemana? Aku kok ditinggalin sih?” Aku mulai panik saat deburan ombak kembali menerpaku dengan air lautnya cukup kencang sampai pasirnya berhasil menyeretku untuk maju.
“Ini kejutannya” Denta membuka pentup kain yang bersarang di kedua mataku tadi.
Oh Tuhan, aku melihat purnama yang begitu terang dan bulat sempurna. Bahkan aku tak perlu mendongak untuk menikmati guyuran sinarnya, aku sudah berhadapan dengan purnama dan di sampingku Denta menggenggam tanganku.
“Maaf sayang, jika aku membuat gaunmu basah. Tapi aku ingin kita merasakan debur ombak malam ini.” Denta tersenyum padaku, senyumnya semakin indah saja ketika diterpa sinar puranama.
Kami diam sejenak menikmati indah purnama di batas lautan sana atau bahkan langit dan lautan sudah tak berbatas lagi seperti jarak yang tak lagi memisahkan kita berdua. Setelah menjalani hubungan jarak jauh selama dua tahun akhirnya kami bertemu disini. Merajut kembali kisah romantis di malam hari bersama pantai dan deburan ombaknya.
“Hil, aku ingin purnama ini menjadi saksi.” Denta mengeluarkan sesuatu kembali dari dalam sakunya
“Maukah kau menikah denganku?” Sebuah cincin berlian berkilauan, Oh Dentaku sayang kau melamarku dengan penuh keindahan. Lalu aku mengangguk mantap dan kita berpelukan.
RENA KHARISMA
TENTANG PENULIS:
PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena
PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena
loading...
EmoticonEmoticon