“Yan, being with you was like learning to fly. Scary. At the same time I also feels good.”
Setelah sekian lama, pembuka suratku menjadi keren sekali bukan? Hehehehe.
Aku harap kau tak terbangun dari tidur karena tawaku barusan.
Yan, di suratku kali ini, aku hanya ingin sedikit mengingatkanmu tentang beberapa aku.
Kau mau kan?
Baiklah, Yan, kau sendiri sudah tau bahwa aku adalah wanita paling egois bukan? Aku ingin aku jadi orang yang sangat kau sayangi. Baik saat kita sedang bersama ataupun tidak. Aku ingin jadi orang yang paling kau cintai. Baik saat di depan orang banyak ataupun saat kau sedang sendiri. Aku ingin jadi orang yang paling kau ingini. Sampai kapanpun. Hanya aku.
Aku juga wanita yang paling tidak bisa untuk tidak cemburu pada semua yang mampu mengalihkan perhatianmu padaku. Semua yang bukan aku, yang perlahan-lahan akan meniadakanku dari kepalamu. Kau tau itu.
Yan, satu-satunya alasan kenapa aku selalu tersedu-sedu dan memohon agar kau duduk di hadapanku saat kau marah adalah aku takut kau pergi dan melupakanku.
Jika dulu aku berkata bahwa aku takut kehilanganmu, maka kali ini aku katakan padamu bahwa aku sangat takut kehilanganmu.
Jadi menetaplah. Aku tidak ingin menjadi orang gila yang meraung-raung di rumah sakit jiwa sambil menyebut-nyebut namamu.
Menetaplah lebih dari pada selamanya, Yan.
Persetan dengan mereka yang berkata bahwa aku wanita tak tahu diri, tak peduli dan egois. Mereka hanya menilai. Mereka tak tahu sudah sejauh mana aku berlari untuk menemukanmu.
Mereka tak tahu, sudah sebelukar apa cintaku padamu tumbuh.
Jadi, Yan, jangan lagi kau suruh aku mundur. Aku sudah berlari sejauh ini. Aku sudah sangat bahagia bisa menyamakan langkah kakiku dengan langkah kakimu. Tolong jangan pernah lupa bahwa cintaku takkan pernah habis. Meski hidup digerogoti waktu dengan cara yang tak selalu menyenangkan.
MEL
PENULIS:
MAHASISWI
AGE: UNKNOWN
MAHASISWI
AGE: UNKNOWN
loading...
EmoticonEmoticon