Derby

Derby

Tit...Tit..Tit...

Masih nampak garis-garis berwarna hijau di layar monitor yang tak tahu aku apa itu namanya. Di balik kaca aku menatapmu amat sendu, alunan nada pilu juga sangat rancu di hatiku saat ini. Ada banyak resah berkecamuk tak kuruan, ada banyak khawatir bergelayutan, aku takut Der.

“Mon...kamu kembali ke kamar kamu saja ya. Istirahat.”

Aku memandang wajah perempuan tegar di sampingku “Saya disini dulu saja tante.”

“Nanti kalau kamu disini dan nggak istirahat, malah nggak pulih-pulih kamu nanti, yuk tante antar.”

Aku hanya diam, sama juga langkahku sudah diam beberapa hari ini. Tak dapat melangkahkan kaki untuk saat ini, hanya bantuan kursi roda yang mengantarkanku menjengukmu di balik jendela tadi. Aku tak bisa menyentuhmu Der, kata dokter kau masih kritis saat ini. Hatiku pun terlampau miris.

Aku rutuki diri sendiri di keterjagaan lelapku, masih saja was-was terus mengawas. Aku takut Der.

Di samping pembaringanku kak Tyo sudah terpulas lebih dulu, akhir-akhir ini aku merepotkan saja ya Kak. Setelah kecelakaan silam waktu itu, tak terlalu lama memang namun aku sudah ingin menyebutnya silam karena ku rasa terlalu kelam.

*****

“Der, mau kemana?”
“Kamu jangan ikut Mon.”
“Der, tunggu.” Aku mencoba memutar roda kursi rodaku cepat, aku menembus kabut putih pekat hingga sosok Derby sulit sekali ku lihat.
“Mon, balik sana. Kak Tyo nungguin tuh.”

Aku melihat sedikit senyum tersungging di wajahmu. “Kamu mau kemana sih?”

“Kamu jangan ikut ya.”

Aku masih berusaha menyingkirkan kabut putih tebal di hadapanku. Kemudian aku membuka kelopak mataku perlahan ketika kabut putih itu mulai menghilang. Ada suara isak yang sangat dekat di telingaku, aku bingung. Lamat-lamat ku pendarkan kedua bola mataku ke segala sudut. Kak Tyo terlihat di ambang pintu, lalu suara isak siapa itu?

“Tante....” Aku mulai sadar jika bertemu dengan Derby tadi adalah hanya mimpi
“Mon...Mon...” Masih saja ada isakan dengan air mata disana.
“Kenapa tante? Ada apa?” Aku mulai gelisah.
“Mon, kamu tenang ya.” Kak Tyo menghampiriku
“Kenapa kak?” Aku mulai merasakan napasku menderu tak berirama.
“Doakan Derby ya, Derby...Derby...sudah dipanggil Tuhan.”

Sekitika itu juga napasku tak lagi terasa tersengal, tak pula tak berirama, rasanya napasku tersekat aku serasa tak bisa bernapas. Ada yang hilang dari unsur oksigen yang ku hirup. Kau pergi..

RENA KHARISMA
TENTANG PENULIS:

PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena

loading...


EmoticonEmoticon