Resi masih duduk termenung di sisi lorong kampus, tak hanya renung yang membelenggunya saat ini namun setitik air mata juga. ‘Aku tak habis pikir mengapa aku bisa bertemu dengan dia’ Kerap kali daun-daun kering beterbangan menerpa kakinya yang sedikit menggelantung di atas permukaan rerumputan. Desau angin ternyata membisikkan nada benci yang berlebih di telinganya. Tak ada lagi rasa percaya yang bersemayam di hatinya, sungguh ia kecewa.
“Res,”
Ada yang menepuk punggungnya dari belakang, seorang gadis berambut cepak itu duduk disamping Resi yang masih saja terdiam.
“Res, aku minta maaf.” Ada raut penyesalan di wajah gadis itu.
Resi masih saja diam, seakan tak mempedulikan ada orang disampingnya. Matanya berjalan-jalan mengikuti beberapa langkah orang yang ia lihat dari kejauhan.
“Res,” Gadis itu kini mengoyak tubuh Resi.
“Apa sih?” Resi menoleh dengan muka angkara
“Aku minta maaf.”
Resi memalingkan mukanya dengan sentuhan picingan bibir yang ia lontarkan pada gadis itu dengan sengaja.
“Iya, ini memang sudah kesekian kalinya. Aku minta maaf.”
Tetap tak bergeming dari acuh tak acuhnya kini Resi sibuk mengayunkan gelantungan kakinya. Bersiul dengan cueknya.
“Res, please maafin aku.” Gadis itu meraih tangan Resi dengan nada memohon.
“Sudah diam kamu.” Resi melemparkan tangan gadis itu
“Res, aku janji nggak akan ngulangi lagi.” Gadis itu kini meraih bahu Resi dan memutarnya agar berhadapan langsung dengan mukanya.
“Heh, kamu apa-apaan sih!” Dengan segera Resi berdiri dan menghentakkan kakinya. Mukanya memerah tanda ia sedang benar-benar marah
“Sudah berapa kali kamu bilang tak akan mengulanginya lagi? Hah!” Wajah Resi sudah seperti gunung merapi yang meledak
“Kamu cuman bisanya minta maaf saja Ken. Aku memang terlalu bodoh jika terus mengingatkanmu seperti ini!” Masih dengan emosi yang meluap-luap Resi menunjuk muka gadis yang bernama Kenny itu.
“Tapi kali ini aku benar-benar menyesal Res.”
“Kata sesalmu sudah tak mempan kali ini bagiku Ken. Aku sudah kebal dengan bujukan janjimu itu!”
“Aku nggak bermaksud...”
“Apa? Kamu nggak bermaksud untuk melakukannya? Iya kan? Cih, aku sudah hapal dengan kata-kata pecundangmu itu Ken Kenny. Heran ya kenapa ada manusia sekeras kepala seperti kamu di dunia ini.” Resi menghentakkan kakinya dan mengambil langkah untuk pergi.
“Tunggu Res.” Kenny menarik tangan Resi dan mensejajari tubuhnya
“Apa lagi? Hah!” Muka mereka bertatapan sungguh dekat sekali.
“Aku...aku...”
“Apa?” Dengan kesal Resi semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Kenny dengan penuh angkuh.
“Kamu mau ngomong apa lagi ? Apa yang bisa dipertahankan dari pertemanan kita yang sudah kau ubah menajadi pertemanan tak sehat begini. Aku sudah muak dengan kata sesal dari mulut palsumu itu.” Amarah Resi semakin menggebu-gebu saat tak mendengar nada bicara dari Kenny.
“Resi, sekali ini saja aku mohon maafkan aku. Aku akan turuti semua permintaanmu.” Kini Kenny mulai memohon pada Resi dengan berlutut di hadapannya. Resi terkejut dengan apa yang dilakukan Kenny, matanya sempat membelalak beberapa detik. Lalu kepalanya menengok ke kanan kiri depan belakang, banyak sorot mata yang tiba-tiba tertuju pada mereka berdua. Resi risih melihatnya, ia yakin pasti pandangan mata-mata itu berpikiran yang tidak-tidak tentang mereka berdua.
“Kenny,kamu apa-apaan sih? Berdiri nggak, berdiri.” Dengan nada kesal Resi menarik lengan Kenny dengan paksa dan mengerahkan seluruh tenanga yang tersisa. Resi menyeret Kenny menjauh pergi dari sorot pandang yang tiba-tiba bertambah banyak jumlahnya memperhatikan mereka dengan berbisik-bisik. Resi membawa Kenny ke balik gedung perpustakaan kampus yang lengang bahkan tak ada satu pun orang.
“Kamu itu ya, bikin malu aja.” Resi mencengkeram bahu Kenny kuat-kuat lalu menghempaskannya begitu saja
“Aku mohon Res, aku minta ke kamu maafkan aku sekali lagi. Aku akan menuruti semua permintaanmu.”
“Ken, dengar! Sudah berapa kali kamu mengulangi kesalahan yang sama Hah? Sudah berapa kali kamu memohon padaku untuk memaafkanmu?”
“Aku akan turuti permintaanmu kali ini Res, sungguh aku tak bohong.”
“Cih, semua permintaanku katamu? Dari pertama kali kau membuat kesalahan yang sama aku hanya memintamu satu , hanya satu Ken. Aku hanya memintamu untuk menjauhi barang haram itu.”
“Aku sudah berusaha Res. Aku sudah mulai nggak kecanduan lagi.”
“Kamu pun sudah berkali-kali bilang begitu padaku Ken.” Resi membekap bibir Kenny karena semakin kesal “Sekarang apa? Kamu sudah berani menjual diri ke mucikari-mucikari bejat itu? Iya? Hah!”
“Aku minta maaf.” Kenny tertunduk lesu “Baiklah, aku akan menuruti permintaanmu lagi kali ini Res. Aku akan melakukannya asal kamu nggak marah lagi sama aku.”
“Hhh...aku sudah muak sama omong kosongmu itu Ken.”
Kenny semakin tertunduk, ia bungkam seribu bahasa.
“Oh okey baiklah, permintaanku ke kamu. Permintaan terakhirku ke kamu adalah jangan pernah kamu menjadi temanku lagi. Pergi kamu dari hidupku, enyah saja, aku sudah jijik melihatmu. Puas?!” Kemudian Resi pergi berlalu meninggalkan Kenny yang masih tertunduk lesu.
“Baiklah.” Kenny melihat langkah Resi semakin menjauh
“Baiklah jika itu maumu Res. Aaaaarrrgghhh...!!!”
Resi terkesiap mendengar suara di belakangnya, ia sontak menoleh dan menyaksikan Kenny sudah tergolek berlumuran darah.
RENA KHARISMA
TENTANG PENULIS:
PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena
PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena
loading...
EmoticonEmoticon