Di kamar ini aku masih terpekur dalam dentingan waktu yang selalu saja mengejarku. Malam sudah semakin larut dan aku menguap berkali-kali namun rasanya aku tak segera menutup malamku dengan bermain di alam mimpi. Nada-nada di playlist laptopku masih mengalun lirih mendendangkan lagu-lagu yang memiliki arti di setiap liriknya. Tanganku tergerak mengambil sebuah album putih dengan motif hati berwarna merah. Aku buka halaman pertamanya, ada nama kita terukir disana. Aku tersenyum membacanya, kemudian ku tekuni satu persatu halamannya, ah wajah kita, wajahmu yang selalu saja memenuhi pikiranku. Ekspresi tawa yang tiada dua, senyummu selalu saja beda dan memberiku suntikan semangat. Aku senyum-senyum sendiri larut dalam sebuah kisah yang ku buat sendiri dan kaulah nyawa di dalam kisahku ini.
Di akhir halamannya ada kertas berisikan puisi, tulisan tanganmu sendiri :
Endless Love
Aku tak ingin kisah ini menjadi elegi
Tawamu dan senyummu wahai bidadari
Melumerkan segala rasa gundah dan sedih
Aku menyebut namamu di setiap rinduku, lirih
Wahai bidadari jiwa
Janganlah berpikir bahwa kisah kita akan sia-sia
Karena aku akan selalu menjaganya
Karena cinta kita tak akan pernah berakhir karena musnahnya jiwa
RENA KHARISMA
TENTANG PENULIS:
PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena
PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena
loading...
EmoticonEmoticon