Debur ombak rasaku sudah menabrak banyak karang kini, aku mencari-cari karang mana yang paling mirip sentuhannya dengan karangmu. Ombakku juga sudah memeluk pasir banyak pantai, menemukan pantai yang memiliki pelukan yang sama seperti pantaimu.
“Emang kok, kalau cewek itu nyari pacar baru pasti nyari’ yang mirip sama mantannya.”
“Hmm...iya sih, apalagi mantan terindahnya.”
“Salah nggak sih kalau kayak gitu?”
“Nggak salah sih kalau menurutku ya cuman kalau begitu namanya nggak bisa move on. Masa’ nyari’ pacar baru yang mirip mantan sih.”
Aku hanya diam saja mendengar obrolan dua kawanku, sebenarnya aku mendengarkan tapi aku malas berkomentar jadi aku hanya berpura-pura sibuk dengan majalah yang sedang ku baca.
“Eh, Rey kamu baca apaan sih serius amat.” Tiba-tiba Desta menyahut majalahku
“Ah, pasti zodiak lagi deh ya.” Monik menimpali
Dua kawanku ini memang supe duper jahilnya, mungkin diantara kami bertiga pasti hanya aku yang minim sekali berkomentar ini itu.
“Wah Rey, kapan sih kamu bisa ngelupain si Aldi itu?”
“Iya, tau tuh. Padahal kan masih banyak cowok yang lebih baik dari Aldi. Aku kenalin kakakku aja gimana?” Tiba-tiba aku melihat Desta seperti seles produk jasa yang menawarkan jasa kakaknya untuk mencintaiku.
“Kalian apa-apaan sih ah, siapa juga yang inget-inget Aldi.” Aku merengut dengan tingkah dua kawanku ini.
“Eh, ada Monik.”
“Halo kak Den.”
“Eh, ini siapa?”
“Oh, ini Reyna kak. Kenalin, cantik kan kak anaknya. Pinter bikin puisi juga loh.”
Aku menjabat tangan kakak Desta dengan canggung disertai senyuman kecut. Dalam hati aku memaki-maki si Desta.
“Wah, keren dong ya. Kak Dendi mau dong dibikinin puisi Rey.”
“Ah, eee...iya kak.” Aku senyam-senyum kikuk.
*****
Tak ada kayuh yang lebih mantap
Selain derap kakimu di jalanan gelap
Bahkan kayuhan kasihmu begitu nyata tersingkap
Adakah cinta yang lain yang lebih gemerlap?
“Puisimu kok begini ya Rey.”
“Hah ! Kenapa kak?”
“Sumpah keren abis.Dari pertama aku baca puisimu itu sudah bagus-bagus dan selalu bagus. Aku suka pemilihan diksimu”
Ya, ini sudah ketiga kalinya aku dinner dengan kak Dendi. Jelas ini semua karena Desta juga bantuan Monik. Aku terima saja permintaan mereka yang berusaha membuatku lupa dengan masa lalu. Memang aku merasakan ada sesuatu yang mirip dalam diri kak Dendi dengan Aldi, mereka sama-sama dewasa dan ini yang paling ku kagetkan. Kak Deni selalu mengajakku Dinner dengan banyak lilin disekitarnya sama seperti Aldi waktu dulu. Lalu gaya tertawa kak Dendi yang renyah seperti tawa Aldi. Namun aku tak ingin meyamakan keduanya, aku berharap ada yang beda. Ya berbeda jika nanti aku harus patah lagi nantinya, aku tak ingin lagi kecewa untuk yang kedua kalinya.
RENA KHARISMA
TENTANG PENULIS:
PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena
PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena
loading...
EmoticonEmoticon