Yan, kau sendiri tahu betapa pertemuan ini tak pernah kita rencanakan sebelumnya.
Bahkan pada saat itu kau tak tersenyum sedikitpun padaku.
Tapi matamu. Matamu serupa simpul temali yang mengikat mataku untuk mengikuti tiap gerakkanmu.
Sampai kau benar-benar hilang dari pandanganku.
Setelah itu, aku seperti gila. Bukan. Bukan gila. Aku seperti kecanduan.
Kecanduan pada segalamu.
Agak sialan memang. Sembari memaki diri sendiri di dalam hati, aku mencari-cari.
Mencari-cari kau, sayang.
Sampai kuputuskan untuk kembali ke tempat di mana aku menemukanmu.
Waktu itu semesta memang berpihak padaku. Kau di sana!
Aku ingin berteriak girang, tapi kau di hadapanku, sayang. Aku malu.
Lalu kuputuskan untuk diam dan menahan kembang api kebahagiaan di kepalaku yang meledak-ledak tak karuan.
Entah keberuntungan macam apa yang menghampiriku.
Pertemuan selanjutnya begitu membahagiakan dan tak terduga.
Betapa tidak? Kini kita menjadi sepasang kekasih.
Sejak saat itu pula kembang api kebahagiaan di kepalaku meledak setiap hari.
Sampai hari ini.
Yan, aku suka bercerita seperti ini kepadamu.
Aku jadi sangat paham betapa istimewanya kau.
Aku tak akan mau menukar apapun denganmu. Tak akan.
Seandainya kelak kau menjadi mantan kekasihku nanti,
kau pasti akan mengingat-ingat hari saat aku begitu manja dan tak mau untuk kau tinggalkan sebab aku tak akan lagi merengek untuk kau ajak kemanapun kau pergi.
Aku akan menunggumu pulang ke rumah, menyiapkan masakan-masakan tak mewah dengan sepenuh hati.
Ya, seandainya kelak kau akan menjadi mantan kekasihku nanti, tentu saja kau akan menjadi lelaki terakhir yang paling kucintai.
Ah, aku jadi tak sabar menunggu esok hari untuk segera bertemu denganmu, sayang.
MEL
PENULIS:
MAHASISWI
AGE: UNKNOWN
MAHASISWI
AGE: UNKNOWN
loading...
EmoticonEmoticon