Dia yang Ku Ingini

Dia yang Ku Ingini

“Gimana kuliahnya hari ini Sil?”
“Lancar kok, aku laper nih makan yuk.”

Reno tertawa melihat tingkahku yang manja siang ini, ia membelai rambutku lalu menggandeng tanganku penuh antusias. Aku tak pernah merasa ada yang lebih baik dari dia lagi selama ini. Reno tak pernah mengeluh ketika aku cerewet ngomel-ngomel memarahinya karena cemburuku yang terlalu buta. Dia akan hanya diam saja ketika emosiku meledak-ledak lalu meredamnya hanya dengan genggaman tangannya yang mantap ditambah lagi senyum di bibirnya yang dulu pernah membuatku jatuh hati padanya.

“Ren, aku seneng banget akhirnya buku antologi puisi kita berdua terbit juga.”
“Iya, nggak nyangka ya dari kumpulan tweet yang pernah kita buat. Sekarang malah menjadi buku antologi puisi.”
“Aku nggak nyangka kalau waktu itu kamu memang membalas tweet sajakku, aku nggak pernah yakin kalau sajak itu ternyata untukku.” Aku menerawang cukup jauh saat masa tiba-tiba cinta datang kepadaku kala itu.
“Puisimu itu loh yang bikin aku melayang Sil.” Reno mencubit pipiku
“Iiiih...Reno apaan sih.”

Siang itu kita bercengkerama hingga senja mulai berdatangan menyuruh para burung yang mencari makan segera kembali ke sarang.

*****

 “Aku nggak mau nemuin dia Jes.”
 “Kamu jangan gitu dong Sil, Reno bela-belain dari luar pulau jauh-jauh cuman karena pengen ketemu kamu.”
 “Apa’an, dia udah jarang menghubungi aku Jes, paling-paling juga dia punya cewek lain.”

Mukaku terasa panas, emosiku meluap-luap. Biar saja Reno tetap berada di luar pagar rumahku tersengat terik mentari siang  ini. Aku benci ketika seminggu yang lalu ia ada pekerjaan keluar pulau. Reno jarang sekali menghubungi aku alasanya pasti karena sibuk. Aku curiga dia punya simpanan cewek lain disana.

“Kamu jangan kekanak-kanakan dong Sil. Reno nggak bisa lama-lama pasti. Ayo temuin dia.”
“Nggak mau!”

Sampai sore hari aku hanya ngomel-ngomel nggak karuan karena rasa cemburu yang kian membara. Jessica sahabatku yang mondar-mandir di jendela mengintai si Reno. Sampai pada malam hari aku tertidur.

*****

“Nih, kemaren Reno titipin bunga sama kotak ini ke kamu.”

Aku mengucek mataku sambil memeriksa dengan malas pemberian dari Reno itu. Seikat bunga edelwais dan satu kotak berwarna pink. Aku membuka isi kotak itu dan aku menemukan tiket pesawat disana.

“Reno tadi sms aku, katanya kamu harus menemuinya tanggal itu.” Jessica menunjuk jadwal tiket penerbangan.

Sebenarnya aku malas sekali kesana namun karena kuliah masih liburan panjang, aku putuskan untuk pergi ke tempat yang Reno janjikan sekaligus refreshing keluar pulau.

*****

Udara segar langsung terasa ketika aku menginjakkan kakiku di sebuah villa di atas sebuah bukit. Sudah malam kala itu, aku mendongak ke atas sejenak dan taburan bintang begitu indahnya.

“Hay sayang.”

Aku melengos saja dari pelukan Reno.

“Jangan marah terus dong, ikut aku yuk.”

Reno memaksaku untuk menutup mata dan mengajakku ke suatu tempat.

“Kejutan.....”

Aku melihat lilin-lilin berjajar di rumput taman dengan tulisan “Be My Wife”. Aku senang bukan kepalang. Ternyata Reno masih saja menjadi yang sempurna dalam hidupku, memang sosok Reno yang selalu ku ingini.

RENA KHARISMA
TENTANG PENULIS:

PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena

loading...


EmoticonEmoticon