Mawar

Mawar

Mawar di taman belakang rumah masih semerbak, merekah merona, dan aku menyukainya. Kebanyakan orang berpendapat bahwa mawar adalah simbol cinta. Menurutku bukan sekadar itu, mawar merupakan simbol pertahanan diri paling anggun dengan merona mawarnya namun tak mudah dipetik karena durinya. Aku masih mengingat betul kala itu kalimat yang terlontar beberapa waktu lalu “Bunga mawar, ya. Aku sangat memfavoritkan bunga ini, bisakah kau merawatnya untukku Dem? Hanya mawar yang mampu mengobati luka karena merahnya tak sekadar mengisyaratkan amarah.” Aku hanya tersenyum disertai anggukan sepenuh hati.
        
“Dem, ngapain sih masih melamun di taman aja?”
“Nggak apa-apa kok.”
“Udah ditungguin mama di ruang tamu tuh.”
“Iya sebentar ya.”
“Yaudah, cepet gih.”

Aku menghampiri pot berwarna tanah liat bermotif bunga berwarna merah, isinya masih sama bunga mawar. Ku pandangi lekat.

“Dem, harum ya?”

Aku terperanjat, diulurkannya pot beserta bunganya ini di hadapanku

“Coba cium deh, hmmm...pasti harum.”

Aku mendekatkan hidungku agar penciumanku dapat menghirup udara wangi dari mawar merah yang kau pegangi.

“Nggak akan aku biarkan mawar ini layu Dem, seperti cintaku ke kamu.”

Ia menggamit tanganku manja.

“Kamu juga begitu kan.” Sorot matamu selalu begitu, sayu namun teduh.

Aku tersenyum dan membelai rambutmu yang hitam legam dan wangi bubble gum.

“Dem,” Ada yang menepuk pundakku dari belakang.
“Mama...”
“Kamu masih sibuk dengan mawar.”
“Sudah selesai kok ma.”
“Bukan bunga mawar yang mama maksud.”

Aku diam membisu, rasanya tiba-tiba membeku. Lalu di ulu hati terasa ngilu.

“Sampai kapan kamu begini Dem, tak bisa melupakan mawar yang telah pergi.”
“Tapi ma...”
“Baiknya kau banyak berdoa untuk dia, ikhlaskan Dem.”

Tubuhku menegang perlahan, gemetar hadir membuatku gamang. Ku belai tiap kelopak mawar merah ini satu persatu.

 “Aku tahu Dem, aku akan sirna setelah kelopak mawarku ini jatuh semua.”

Lalu pada musim gugur di tahun ini, benar saja kau pergi. Kau tak layu mawar, hanya saja masa kelopak cintamu telah luruh ditelan waktu. Namun aku masih akan terus mencintaimu tanpa harus menunggu kelopak mawarmu ini akan layu. Aku akan merawat indahnya agar tetap tumbuh karena mawar merupakan bahagia yang kau ciptakan untukku, bukan hanya ku biarkan tumbuh di tamanku tapi juga di hatiku.

RENA KHARISMA
TENTANG PENULIS:

PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena

loading...


EmoticonEmoticon