Seratus Lima Puluh

Seratus Lima Puluh

Seratus lima puluh hari yang lalu kau bertanya padaku, apakah aku ingin menjadi kekasihmu.
Seperti daun yang mengalir di atas deras air tanpa hambatan, aku mengiyakan dan bersedia menjadi kekasihmu.

Sejak seratus lima puluh hari yang lalu, tak ada lagi hari untuk tidak memikirkanmu.
Tidak ada lagi hari tanpa doa agar kau menetap dalam kehidupanku lebih lama dari selamanya.
Tidak ada setetespun air mata yang jatuh selain air mata yang mencemaskan ketiadaanmu.

Seratus lima puluh puluh hari ini mengandung kisah yang terlampau banyak.
Menumbuhkan cinta yang semakin belukar.
Aku tak mau pergi. Ada ribuan kegilaan yang akan membunuhku pelan-pelan.
Menetaplah sampai kau sendiri yakin bahwa kita tak akan bisa apa-apa tanpa bersama-sama.

Ini pukul 02.00 dini hari dan aku masih mengingat kejadian yang sudah-sudah, beberapa kebahagiaan yang telah kita lewati bersama-sama, beberapa pertengkaran yang semakin membuat aku yakin bahwa aku takut kehilanganmu bukan karena aku terlampau bahagia bersamamu. Tapi karena aku mencintaimu.
Ya, aku mencintaimu, Yan.
.
.
.
.
.

Yan, kau adalah padang rumput yang selalu tumbuh dan tambah luas di kepalaku.
Kemanapun aku melangkah, kau adalah tujuanku.


MEL
PENULIS:

MAHASISWI
AGE: UNKNOWN

loading...


EmoticonEmoticon