Sebegitu angkuhkah suratku sebelumnya?
Mungkin kau saja yang kurang tepat mengintonasikannya.
Terkadang tatap muka dan berbicara langsung menjadi keharusan agar salah paham tak menjalar kemana-mana.
Aku juga tak mengerti apa apa yang terjadi sebenarnya.
Bolehlah, jika kau selalu terus bersama mereka.
Aku tak mengapa, yang penting kita sama sama memerhatikan meski dari jauh.
Apabila mereka mengerti mengapa kau sampai "menomorsatukan" diriku,
sedang aku malah tak tahu menahu atau bahkan tak habis pikir oleh hal itu?
Sebenarnya apa yang membuatmu sedemikian itu kepadaku?
Persoal kita tak suka jika satu sama lain ada yang mendekati,
sebenarnya aku enggan memasukkan dalam hati.
Biar sajalah cemburu kita nikmati, sedang rasa saling menjaga satu sama lain.
Biar saja dia yang itu, dia yang ini, dia siapapun yang mendekati namun kita sendiri mampu dekat lewat jalan yang lain.
Tak perlu risaukan hal itu.
Sepertinya kau harus meredam emosimu,
karena ketika kobarannya menjalar di pikiranmu bahkan ke hatimu membuat kata kata yang kau ucap kepadaku sungguh sinis dan kadang pertanyaanku tak kau gubris.
Ah, iya bukankah kita telah mampu berkumpul bersama lagi.
Meskipun tak sering dan hanya sesekali semoga kita sama sama saling berbahagia ada waktu yang dilewati bersama.

TENTANG PENULIS:
PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena
PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena
loading...
EmoticonEmoticon