“Aauu...”
Jalanan penuh kerikil di taman itu tertancap oleh sesuatu yang membuat anggun merengut pada malam pesta pertunangan Daru.
“Aduh...sakit...Duh...Hak sepatu juga pakai patah gini, tahu banget kalau aku lagi patah hati.” Anggun mengomel-ngomel sendiri.
“Kenapa juga aku tadi nolak tawaran Reni buat bareng-bareng kesini. Huh!” Masih terus mengeluh Anggun berjalan pincang-pincang mencari bangku taman.
‘Kalau aja aku nggak sok tegar datang ke acara pertunangan Daru mungkin nggak kayak gini jadinya.’ Celotehan Anggun beralih tanpa suara.
Anggun mengelus-elus telapak kakinya yang terasa nyeri akibat tergelincir hingga mematahkan hak sepatunya tadi.
“Ini belum pernikahan, masih pertunangan kalau udah jadi nikah paling paling ini .....”
“Kenapa Nggun?”
Ocehan Anggun terhenti lalu kepalanya mendongak pada sumber suara yang mungkin hanya berjarak sekitar lima meter di depannya.
“Loh, Ru. Kok kamu disini?” Anggun terkejut
“Kamu kenapa?”
“Kamu tuh yang kenapa? Acara pertunanganmu masih berlangsung kan? Kok malah disini?”
Daru duduk di samping Anggun, hanya diam tak menanggapi cercaan pertanyaan dari anggun.
Anggun menatap lekat wajah kekasihnya semasa SMA ini. Lekat sekali hingga peluh segar yang baru saja muncul dari dahinya dapat tertangkap mata oleh Anggun. Selintas kemudian memori indah masa-masa putih abu-abu mendera angannya. Namun buru-buru ia menggelengkan kepalanya ketika pilu menelusup masuk bahwa kenyataannya Daru bukan lagi miliknya. Anggun tersenyum kemudian.
“Selamat ya Ru, kamu sudah menemukan Cinderellamu.” Anggun masih menatap Daru lekat namun dengan pandangan kosong.
Daru yang sedari tadi menundukkan kepala akhirnya menoleh pada Anggun.
“Kamu masih Cinderellaku Nggun. Sama seperti sepatu yang kau pakai itu, dia masih sepatu kaca milikmu kan?”
“Ah, ini maaf ya sudah aku patahin haknya padahal kan ini hadiah dari kamu waktu sweet seventeenku dulu.”
Sedetik kemudian hening, mereka bertatapan penuh makna. Seakan-akan cinta masih saja ada di tiap sorotan mata.
“Aku masih cinta kamu.” Daru menggenggam tangan Anggun tiba-tiba.
“Tapi Ru,”
“Izinkan aku untuk tetap menganggapmu sebagai Cinderellaku.”
Lalu hanya senyum yang terulas pada bibir Anggun.

TENTANG PENULIS:
PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena
PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena
loading...
EmoticonEmoticon