Bisa mencintai itu anugerah, namun hubungan tak selalu bisa berjalan sesuai keinginan. Banyak pasangan yang kurang beruntung akibat salah satu dari mereka mengkhianati sebuah kesetiaan. Pasti salah satunya ada yang akan menjadi korban.
Dikhianati itu sakit. Namun semuanya tidak ada yang tidak akan berakhir. Ini mungkin akibat rasa nyaman yang terlalu berlebihan, dan rasa bahagia yang membuat terlena. Lupa mensyukuri akibatnya ketika itu terjadi serasa ditampar oleh perasaan sendiri. Setelah semuanya sadar, baru akan mengerti tentang hubungan yang selama ini dijalani.
Haruskah menyalahkan diri sendiri? Siapa yang harus introspeksi diri? Keputusan yang diambil sepihak seolah membayangkan betapa jeleknya pribadi yang ditinggalkan. Bagaimana menyembuhkannya? Adakah sesuatu yang lebih baik dari perpisahan?
Perlahan kita akan bisa menemukan obat untuk menyembuhkan. Dimulai dengan mencintai diri sendiri dan belajar menerima keadaan. Karena di dunia ini tak ada yang benar-benar hitam dan tak ada yang benar-benar putih. Orang yang menyayangipun bisa tersesat, kemana sebenarnya dia harus memberikan cintanya.
Karena itu, alangkah baiknya rasa pahit disikapi secara bijak. Menaruh dendam memang manusiawi. Namun ini adalah kesempatan untuk mengenal lebih jauh orang-orang yang benar-benar tulus menyayangi. Meski sulit, belajar memaafkan itu harus dicoba. Karena itulah jalan keluar untuk mendamaikan bathin. Memaafkan adalah bagian dari cara melupakan.
Kini seseorang yang terlukapun akan lebih peka untuk mengenal dan memilih. Kadang mengabaikan intuisi itu tidak lebih baik dari harus nekat menjalani. Nanti akan disadarkan dari hal yang sudah terjadi, begitu banyak makna. Begitu tidak berartinya menangisi diri. Ubah cara pandang dan perasaan bahwa, berpisah dengannya adalah hal terbaik yang pernah dilakukan selama ini.
loading...