Begini malamku, Vik. Saat ketidakwarasaan tidak lagi malu menampakkan dirinya.
Harapan bukan lagi nyata yang menepis semu.
Bertahan bahwa kau akan kembali adalah satu-satunya selimut yang dapat melindungi tubuhku dari dinginnya diammu yang beku.
Begini malamku, Vik. Saat bibirku mulai meracau menyebut-nyebut namamu yang kekal di ingatan. Berharap kau dengar.
Begini malamku, Vik. Saat tubuh beranjak dari kasur pengap penuh air mata, lalu berharap menemukanmu di depan pintu rumah.

PENULIS:
MAHASISWI
AGE: UNKNOWN
MAHASISWI
AGE: UNKNOWN
loading...