Mel, entah kenapa akhir-akhir ini aku suka sekali menulis surat untukmu. Salah satunya ini. Semoga kau baik-baik saja usai membaca surat ini, sebab aku menulisnya dengan perasaan yang tak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Aku menulisnya khusus untukmu, untukku, untuk kita.
Ini hanya soal waktu. Kelak, semua akan baik-baik saja. Tenanglah sedikit, agar aku tidak bingung bagaimana harus menyikapimu. Kadang aku ingin sekali memarahimu tapi aku tak suka melihatmu menangis. Kau jelek sekali kalau menangis. Jadi, tenanglah Melda Sayang.
Mel, aku tak suka melihat kau terpuruk seperti ini, aku tak suka melihat kau berlarut-larut dalam kesedihan. Sakit memang. Tapi, cobalah untuk merelakan. Bukankah kau pernah kehilangan lebih dari pada ini?
Hey, diamlah. Aku belum selesai. Aku tahu kau mencintainya. Aku tahu kau kecewa. Tapi, ayolah. Kau tak ingin hidup menderita bukan?
Coba pejamkan matamu, bayangkan ada berapa banyak orang yang mencintaimu? Banyak bukan? Barangkali mereka memang tidak benar-benar ada untuk memelukmu di saat tubuhmu gigil oleh ketidakberdayaan, tapi merekalah yang selalu mendoakanmu, mendukungmu, mengajakmu bangkit. Coba ingat-ingat lagi. Beberapa pekan yang lalu ada seorang wanita yang mengirimimu pesan,
“Kami sayang kamu. Kami tidak akan meninggalkan kamu, jadi jangan pernah ninggalin kami. Kalau kamu terpuruk, kami yang sakit. Semua marah-marah begini karena sayang yang terlalu sama kamu”.
Kau menangis membaca pesan tersebut bukan? Kau bisa saja menyia-nyiakan waktumu hanya untuk meratapi luka-lukamu, mengecewakan dirimu sendiri. Tapi, tegakah kau mengecewakan mereka yang telah berharap agar kau tetap berdiri tegak?
Kau sendiri tahu bukan, menempatkan harapan tidak semudah berkata “Aku mencintaimu”. Bukalah matamu pelan-pelan, Melda Sayang. Lalu coba dengarkan alunan musik Iridescent..
When you were standing in the wake of destination
When you were waiting on the edge of the unknow
And with the cataclysm raining down
Insides crying, “Save me now”
You were there not impossibly alone
Bagaimana? Sudah sedikit tenangkah perasaanmu? You were there not impossibly alone.
Melda Sayang, ingatkah kau pernah berkata; “Aku ada di dalam hati siapapun yang menginginkan keberadaanku”. Ingat? Kalau begitu, rayakanlah keberadaanmu. Berpestalah dengan tubuhmu. Ciptakan sejuk gerimismu sendiri, lalu menarilah hingga lelah. Setelah itu, kenanglah berapa banyak karunia yang Tuhan berikan padamu? Tak terhingga. Kesedihan ini hanya sedikit tamparan agar kau lebih berhati-hati.
Berkacalah. Kau manis bukan? Ah, senyummu. Aku suka melihat kau tersenyum seperti itu, Melda Sayang.
Mel, saat sisi lemahmu datang lagi, saat kau merasa kecewa lagi, saat kau merasa hidup mulai tak adil, tenanglah. Hidup tak melulu soal bahagia. Roda berputar. Kau hanya harus paham, saat kau melemah, saat itulah kau menjadi kuat. Menangislah saat sisi lemahmu kembali, tapi ingat jangan terpuruk. Kau akan kembali baik-baik saja.
Do you feel cold and lost in desperation
You build up hope but failure’s all you’ve know
Remember all the sadness and frustration
And let it go
Let it go
Berpestalah dengan tubuhmu. Ciptakan sejuk gerimismu sendiri. Menarilah hingga lelah. Kenang betapa banyak karunia yang Tuhan berikan padamu. Kesedihan ini hanya sedikit tamparan agar kau lebih berhati-hati.
Aku mencintamu, diriku.
Aku mencintaimu.

PENULIS:
MAHASISWI
AGE: UNKNOWN
MAHASISWI
AGE: UNKNOWN
loading...