Jasmine bagaikan Bimbi yang enggan kembali ke kampungnya
Jasmine tersedot magnit Jakarta
Melesat bak busur panah
Memoles gincu kepalsuan bak wanita berkelas
Hidup ditemaram malam ibukota
Menjerat kucing liar dengan cinta yang pura pura
Bak bunga plastik yang indah namun tak harum
Denyut kehidupan tengah berdetak cepat.
Jasmine lupa mengontrol diri
Larut dalam celotehan berbaur senda gurau juga gelak tawa bahagia yang terpancar dalam senja.
Gerimis baru saja berhenti, melahirkan dingin yang mendayu
Dan sebagian insan sepertinya memilih untuk menarik selimut tuk merajut mimpi diperaduan yang hangat.
Jasmine masih berkutat dengan inspirasinya sebagai seniman pemuas nafsu
Jasmine, tak ingatkah waktu kau kecil ibu dan ayahmu mengharapkan kau memiliki masa depan yang seperti apa?
Tak malukah kamu dengan saudara-saudaramu di sana yang miris melihat nasibmu di obrak-abrik harga dirinya?
Tak inginkah kau seperti orang lain yang meraih kesuksesan yang dihasilkan dari sesuatu yang berprestasi?
Tak tahukah kamu teman sebayamu yang dulu selalu bersamamu sekarang ini sedang mencibirmu bahkan menertawakanmu?
Kau bukan barang atau cemilan yang bisa dengan mudahnya orang dapatkan Jasmine
Kau bukan pecundang, kau tidak perlu ludah orang lain untuk mendapatkan beberapa lembar rupiah
Kembalilah, karena selalu ada jalan, selalu ada keluarga, dan selalu ada kata maaf untuk yang bersedia mengucap tobat.

TENTANG PENULIS:
MAHASISWI / PROGRAMMER
20 thn
MAHASISWI / PROGRAMMER
20 thn
loading...