(Calon) Anak Perempuanku

(Calon) Anak Perempuanku

Cah Ayuku,

Terhitung hari ini mungkin kamu sedang aku nanti. Entahlah seberapa cepat kamu datang di kemudian hari. Tapi percayalah ada aku yang selalu menanti, sepenuh hati dan tak ada batas untuk mengasihi. Dengarlah dongeng-dongeng malam yang nantinya ku bacakan. Sebab aku terlalu cela untuk menjadi guru nyata dalam kehidupan. Ibumu bukan manusia setengah dewa, terimalah kenyataan itu apa adanya. Tapi sekuat tenaga dan penuh cinta akan ku didik kamu jauh jauh dan jauh lebih baik dari ku. Sebisaku.

Jangan takut jika kamu terlahir sebagai wanita. Mungkin di zamanmu wanita tidak dipandang lagi sebagai pajangan. Bicaralah tentang apa-apa yang kamu inginkan. Aku tak marah jika pada akhirnya pendapat kita mengenai suatu hal berbeda, mungkin kita akan berdebat, beradu pendapat dan mungkin akan saling membenci untuk beberapa hari. Tak apa, aku takkan sungguhan dalam mencaci. Sungguh. Aku hanya ingin melihat cah ayuku sedang bertahan dengan kebenaran yang coba ingin dia kemukakan. Jangan takut, dulu ibumu juga begitu. Tapi mungkin ibumu hanya diam saja, manut pada kedua orang tua dan lupa pada cita-citanya. Kamu jangan mau seperti ibumu yaaa cah ayu.. Katakan saja. Kalau pun baik adanya pasti aku akan berusaha, untukmu.

Jangan resah bila malam tiba dan tak terdengar lagi satupun suara. Mungkin aku tak akan langsung mengetuk pintu kamarmu untuk memastikan mu dalam keadaan baik-baik saja. Mungkin aku akan diam dan pura-pura tidak tahu apa-apa. Mengertilah, ku lakukan itu semua karena ibumu terlalu sungguh dalam mendidikmu cah ayu. Ku mohon, jangan marah. Ibumu tidak ingin kamu takut pada hal yang remeh. Memandang dunia sebagai hal yang jauh dari kata sepele. Aku ingin kamu jadi pemberani. Cukuplah kuat untuk menjaga dirimu sendiri. Sebab ibumu tidak sekuat itu dulu. Ibumu selalu sembunyi jika banyak pertanyaan dalam kepala yang menari-nari. Ibumu memilih diam dan semua tanyanya berakhir pada kesia-siaan. Kamu jangan mau seperti ibumu yaaa cah ayu.. Tanyakan saja. Kalau pun terlalu rumit takkan mungkin ku biarkan kamu sendirian terbelit.

Jangan takut jika yang lain tertawa pada hal yang kamu anggap sempurna. Mungkin aku tak akan langsung membelamu pada saat itu. Aku mungkin akan membiarkanmu menerangkan tentang daya imarginalmu pada mereka yang menganggapmu keluar pada batasnya. Selama itu benar, lanjutkan saja. Ibu tak marah jika sudut pandangmu berbeda dari yang lainnya. Entah kamu yang terlalu istimewa atau mereka yang terlalu biasa saja. Lanjutkan lah selama kamu yakin perihal kebenarannya. Tutup saja telinga dari apa-apa yang tidak kamu suka. Tetaplah tersenyum pada mereka yang memandang hina. Sebab ibumu tidak seliberal itu dulu. Ibumu selalu menyingkir dari hal-hal yang dianggap tabu dan tak percaya pada hal-hal yang sebenarnya bisa saja nyata. Kamu jangan mau seperti ibumu yaaa cah ayu... ceritakan saja padaku. Kalaupun ternyata yang ku dengar lagi-lagi keluh mana mungkin aku tegar membiarkan mimpi-mimpimu terlalu samar dan akhirnya buyar.

Untuk cah ayuku. Tumbuhlah sebagaimana waktumu. Aku tak menyuruhmu dewasa pada usia muda. Cukuplah mengerti ada keluarga yang tetap kamu bawa sejauh apapun kamu melangkah. Tak apa bila kamu tidak betah di rumah, tapi tolong jadikanlah rumah satu-satunya hal yang dituju saat dunia terasa mulai menjauhimu. Jangan takut pada ini-itu yang belum tentu sesuai kata hatimu, pilih saja sesuai mau mu. Ingatlah Tuhan tetap hidup di dalam nadimu, jangan lupakan sabda-Nya selagi kamu berupaya. Doa ibu, selalu tersebar jauh dalam setiap langkah kakimu..

Yang selalu menanti saat kita bertemu,
(calon) Ibu mu

INTAN IRA
TENTANG PENULIS:

PELAJAR/MAHASISWI
WEBSITE/BLOG: http://aksaraira.blogspot.co.id/

loading...


EmoticonEmoticon