Teruntuk, Kamu

Teruntuk, Kamu

Kamu yang sudah bahagia. Kamu yang sudah temukan pasangan barumu. Aku masih saja berkutat dengan ingatan kita dulu, keparatnya rinduku masih belum juga berjumpa temu. Kamu lihat airmataku? Kamu tahu aku merindu?

Aku saja yang terlalu banyak merajut banyak asa dalam anganku. Jahit beberapa ingin dalam kalbuku. Aku hanya berharap Tuhan kabulkan semua pinta yang sudah lama berdiri. Tanpa harus ku hapus satu-satu dari awal lagi. Tapi Tuhan malah berkata bukan saat ini.

Lalu kapan Tuhan? Datangnya satu hari kita berdiri bersama. Satukan genggaman mulai saling membahagiakan diri. Aku berjanji kalau suatu nanti datang lagi hari ia ingin pergi, aku tak akan hanya berdiam diri lagi. Yakinkan satu persatu yang telah dititi. Ingatkan detik seperdetik waktu yang telah terlewati. Walau akan ada satu titik, aku harus berhenti.

Aku lelah. Banyak alasan yang menyuruhku menyerah. Aku hanya tahu caranya berpasrah. Bak air hujan yang ikhlas bertumpah jatuh ke tanah. Aku begitu, hanya mampu tundukkan kembali lalu berserah lagi. Peduli setan dengan kata-kata mereka menyuruhku usaikan di sini. Terlalu tinggi aku gantungkan harapku akanmu, terlalu banyak ingin dalam angan yang kutitipkan padamu.

Hati bahkan rindu, aku harap lekas mati layu. Hilang begitu saja, tak ingat lagi kamu. Atau berharap akan ada satu temu. Langit-langit ruangku sedang adakan pertunjukan. Peran bahkan dialognya persis seperti kita dulu. Langit-langit Tuhan pun tak hadirkan bintang, walau hanya satu.  Tuhan lupa lagi belikan mainan baru. Rautnya terlihat sendu. Pun sama kurasa dengan hatiku. Tangis gugur satu persatu. Kuatku tak sama dengan yang kukira waktu itu.

Tuhan sudah kabulkan doaku “Semoga kamu bahagia di sana dengan siapapun pilihanmu”. Seharusnya Tuhan tahu bahwa aku tak setangguh itu. Tuhan mengajakku bercanda, buat lelucon aminkan lalu kabulkan ucapku yang satu itu. Ajarkan aku caranya menyerah, Tuhan. Hilangkan angan yang sudah rapi kusimpan satu-satu. Lenyapkan ingin yang kuhidupi setiap satuan waktu. Terakhir, rapikan isi kepalaku yang semakin rancu.

Kuhapus harapku kemarin, rindu yang kuutus tuntun kamu agar cepat ingat jalan pulang. Kuenyahkan kata amin dalam doa temuku, meski sia-sia tulus yang datang dalam airmata yang pernah  berlinang. Pudar satu-satu lalu hilang.

HALIMAH QUEEN
TENTANG PENULIS:

PELAJAR/MAHASISWI
WEBSITE/BLOG: queenfirst.blogspot.co.id

loading...


EmoticonEmoticon