Kekasihku,
Seperti yang kau tahu, aku bukanlah manusia yang penuh cinta.
Aku manusia yang lahir dari sisa kesia-siaan.
Aku dibesarkan di dunia yang serba berpura-pura.
Dunia yang sudah tak lagi bisa membedakan mana dosa dan mana bukan.
Semua dilakukan hanya untuk bertahan hidup.
Tempat ini sendiri tak ubah neraka, kekasihku.
Tangan-tangan yang dibalut kelembutan palsu itu terkadang meremas jiwaku.
Mencipta rasa sakit yang menyebar ke seluruh tubuh.
Sesekali aku berpapasan dengan wajah-wajah kaku.
Matanya memancarkan kesedihan mendalam.
Begitu pula aku. Sebenarnya.
Wajah-wajah kaku itu memohon kepada Tuhan yang mereka kenal dari tangis tertahan dan senyum taat.
Merapal doa ketegaran hingga kantuk datang menyelamatkan mereka dari kesia-siaan.
Kantuk menghajar kantung-kantung waktu di mata mereka. Membunuh mimpi-mimpi yang patah.
Kekasihku,
Setiap hari aku terbangun dari tidur dengan perasaan hancur, mendapati bahwa tubuhku yang sia-sia ini terbangun dari tempat tidur yang sama.
Lalu kembali menyaksikan dengan mata sendiri semua rasa sakit yang tidak bisa untuk disembunyikan.
Ya, seperti biasa. Seperti hari-hari kemarin.
Kekasihku,
Tempat ini semakin sesak oleh hal tolol yang sama.
Keputus-asaan begitu bernyawa.

PENULIS:
MAHASISWI
AGE: UNKNOWN
MAHASISWI
AGE: UNKNOWN
loading...