Kesadaran Cinta

Kesadaran Cinta

“Baik, nanti saya tunggu proposal anda. Setelah cukup bagus dan menarik saya akan segera tanda tangani untuk bekerja dengan perusahaan anda.”
“Baik pak, terima kasih.” Pemuda berdasi itu menjabat tangan Ramlan, Ramlan menerimanya dengan satu ayunan mantap.

Setelah tamunya pergi Ramlan segera sibuk dengan layar laptop yang ada di depannya. Tak akan ada waktu terbuang percuma baginya, waktu adalah barang berharga yang tak mau ia sia-siakan.

Tok Tok Tok...

“Maaf Pak, ada yang ingin bertemu.” Seorang perempuan cantik dengan baju sangat rapi masuk ruang kerja Ramlan.
“Siapa Rin?” Ramlan tak beralih pandang sedikit pun dari layar laptopnya.
“Mbak Kesya Pak.”
“Oh, iya persilakan masuk saja.” Ramlan masih sibuk dengan ketikan di laptopnya.

Sesaat kemudian perempuan bernama Kesya itu memasuki ruang kerja Ramlan dengan gaun berwarna biru.

“Hai, sayang...masih sibuk?” Kesya menghampiri Ramlan yang masih sibuk dengan dunianya sendiri.
“Kamu kok nggak bilang mau datang.”
“Aku sudah kirim pesan, sudah aku telepon juga nggak diangkat kan.”
“Oh, iyakah? Maaf aku tadi ketemu client.”
“Kamu sibuk banget sih, luangin waktu sedikitlah. Nanti malam kan acara ulang tahun mama kamu.”
“Kamu sendiri nggak sibuk? Tabloid kamu apa kabarnya?”

Kesya duduk di sofa warna hitam yang terletak di samping kanan meja kerja Ramlan, “Tabloid aku makin melejit sih sekarang, tugas tugasku juga sudah tuntas kemaren.”

“Oh, baguslah kalau begitu.”
“Ram, segitu cintanya banget ya sama laptop? Sampai ngobrol sama aku aja kamu masih nggak lepas pandang dari laptopmu itu.” Kesya mulai sebal.
“Aku lagi sibuk sayang, nanti kita bahas lagi ya. Kamu mau nungguin disini juga boleh tapi jangan berisik.”
“Ih, kamu tuh ya. Kerjaan melulu yang diurusin.”

******

Hampir pukul delapan malam, Ramlan masih berkutat dengan pekerjaannya. Banyak orang yang harus ia temui hari ini, ada rapat penting juga yang harus ia hadiri. Kesya akhirnya memutuskan untuk pulang dari kantornya. Sesaat setelah itu Ramlan sudah melupakan perbincangannya dengan Keyla. Berulang kali telponnya berdering, ada banyak pesan pula masuk di ponselnya. Tapi Ramlan masih saja tak mau beranjak dari laporan laporan hasil kerjanya. Ia berpikir pasti Kekasihnya Kesya yang melakukan panggilan atau mengirim pesan.

Tiba-tiba kepala Ramlan berdenyut, sakit kepalanya kambuh lagi. Kemudian sesak napasnya segera menyusul. Dadanya sesak. Laptop di hadapannya ditinggalkan juga, ia mencari obat yang ia pikir ada di tas atau meja kantornya. Tetapi nihil, tak ada sebutir obat pun disana. Ramlan terduduk di sofa kantornya, ia ingin meraih ponselnya tapi ia sudah terlalu payah. Akhirnya ia pasrah.

“Sayang, kamu nggak apa apa?”

Pandangan Ramlan mengabur, tapi ia masih mendengar suara samar samar.

“Tolong bawakan ini nak Kesya.”
“Ia Ma.”
“Ramlan, kamu kebiasaan. Penyakitmu kambuh lagi karena terlalu memforsir tenaga.”

Ramlan merasakan pelukan hangat di tubuhnya, inhaler terpasang di mulutnya. Napasnya perlahan stabil, pandangannya mulai jelas memandang siapa saja yang ada di ruangan itu.

“Mama...”

Mamanya tersenyum, guratan keriput di wajah rentanya masih menghangatkan Ramlan.

“Sayang, kamu itu ya. Sudah berkali kali aku hubungi. Acara makan malam ulang tahun mama gagal gara gara kamu sibuk aja sendiri.” Kesya menemani Mama Ramlan yang bersikeras ke kantor anaknya malam malam dan tidak memedulikan ulang tahunnya.
“Maaf, Ma, Selamat ulang tahun ya.”
“Iya nggak apa apa nak.” Mama Ramlan membelai rambutnya.
“Sayang, mama kamu sangat sayang sama kamu. Setidaknya ingatlah bahwa kamu sampai seperti ini, sukses dan jadi pengusaha muda adalah karena kasih sayang seorang mama. Janganlah kamu merasa hebat sendiri, luangkan waktumu untuk orang orang yang mencintaimu.” Kesya berkata sambil berkaca kaca. Selama menjadi kekasih Ramlan, Kesya tahu betul sikap Ramlan yang workaholic sampai mengabaikan keluarganya.

Ramlan membisu dan dengan cepat memeluk mamanya. Malam itu mereka merayakan kebahagiaan penuh kesadaran cinta.

RENA KHARISMA
TENTANG PENULIS:

PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena

loading...


EmoticonEmoticon