Aku mengingat kejadian empat tahun yang lalu, aku di sana. Tepat di sampingmu.
Kau bercerita banyak hal tentang betapa bahagianya kau mengenalku, betapa berharganya percakapan-percakapan kita.
Kemudian, kau mulai bicara soal jarak.
Kau dan aku berjalan bersama dengan pemisah yang takkan pernah bisa kita kira-kira seberapa jauh jarak pemisah itu.
Sementara aku hanya diam, mendengarkanmu, memperhatikanmu yang sesekali tersenyum dengan tatapan mata yang menerawang jauh.
Entah bagian ceritamu yang mana yang telah kulewatkan.
Yang kutau, kau telah sampai pada cerita tentang kita yang sudah menjadi mantan kekasih,
“Aku sibuk mengkhawatirkan kebahagiaanmu, dan kau sibuk mempersiapkan hari bahagiamu bersama kekasihmu yang baru.” Katamu.
Ya, empat tahun yang lalu aku di sana. Tepat di sampingmu.
Menangis sesegukan saat kau mulai kepayahan mengambil nafas.
Aku menjerit, merenggang harap pada kebisuan.
Betapa bangkainya perpisahan.
….I stay awake
I stay awake and watch you breathe
I stay awake and watch you fly
I stay awake and wish by God you’d stay….
(Ada sepi di hatiku saat kudamba tubuhmu yang kini sudah sempurna menjadi kerangka)

MEL
PENULIS:
MAHASISWI
AGE: UNKNOWN
MAHASISWI
AGE: UNKNOWN
loading...
EmoticonEmoticon